9:17 PM
Gengsi Ku Tidak Semurah Gengsi Mu
9:17 PMSecara gak sadar kita kadang menjalani hidup ini penuh dengan rasa egoisme yang tinggi. Memang sih sepatutnya manusia hidup demi mementin...
Dilihat dari kenyataanya, rasa egoisme yang muncul dalam diri
kita biasanya datang disaat kita merasa lebih ‘mampu’ (dalam hal apapun)
ketimbang orang lain. Hal ini yang membuat kita berfikiran untuk menumbuhkan
rasa ‘kemampuan diri’ yang lebih dihadapan orang lain (Jago main kelereng
misalnya), dan cenderung untuk acuh terhadap seseorang yang menurutnya dibawah
kategori ‘mampu’ tadi.
Hal tersebut terbukti, dan salah satunya bisa terlihat dari
rata-rata manusia saat ini yang kebanyakan lebih mementingkan brand ataupun trend demi kebutuhan sandang mereka, yang harus segera dipenuhi
tanpa melihat manfaatnya terlebih dulu (Butuh kagak, yang penting gayak). Lumrah
sekali terjadi sekarang ini, jika memakai suatu merk atau brand terkenal, lebih merasa punya ‘kelas’ ketimbang yang nggak
pake. Atau dengan kata lain GENGSI nya besar.
Padahal kita semua tau kalo sebenernya dari dulu manusia
menciptakan sesuatu itu berdasarkan kebutuhan yang emang bermanfaat banget untuk
kehidupan, bukan untuk gaya hidupnya. Ambil contoh Thomas Alfa Edison, beliau
adalah penemu bola lampu dan kita semua tau kalo penemuannya ini adalah salah
satu yang paling berpengaruh vital bagi perkembanagan peradaban manusia. Beliau
menciptakan penemuan tersebut karena bukan atas dasar rasa egoisme atau GENGSI
tadi, tapi jauh lebih ke pemikiran visioner, melihat jauh ke masa depan.
Coba bayangin kalo Thomas Alfa Edison cuma menciptakan sebuah
tren fashion dan bukan bola lampu. Misal beliau hanya berhasil menciptakan
pensil alis menyala yang sebelumnya mengalami kegagalan sebanyak 1001 kali.
Penemuannya ini kemudian dipublikasikan dan diterapkan ke seluruh penjuru
dunia, semua orang akhirnya memakai pensil alis menyala ini. Dan dunia terasa
gelap karena yang bercahaya hanya seoonggok alis dari para pengguna pensil alis
menyala tadi.
Sungguh sejarah bakal kacau balau kalau hanya penemuan ini
yang tercipta, maka dari itu para penemu atau ilmuan terdahulu sangatlah jauh
dari pemikiran GENGSI dan gaya hidup glamour,
dikarenakan semua itu demi berlangsungnya peradaban manusia yang lebih baik.
Lantas, kenapa sih setiap orang punya rasa GENGSI? Jawabannya... Karena setiap orang punya takaran rasa egoisme yang
berbeda-beda. Takaran dari rasa egosime itu sendiri adalah sebuah bentuk dari
tolak ukur GENGSI masing-masing individu, entah itu dilihat dari segi sosial,
ekonomi ataupun lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, setiap individu
menganggap bahwa GENGSI yang ia buat jauh lebih mahal dari GENGSI individu
lainnya.
Hal inilah yang membuat seakan-akan setiap orang terhipnotis
untuk mencoba terlihat lebih baik daripada orang di sekitarnya. Menganggap bahwa
harga dirinya jauh diatas orang lain dan menanggap orang lain tersebut sebagai
sumber ‘penonton’ dari apa yang ia perlihatkan secara tidak langsung, dalam
artian ‘tersirat’.
Namun, salah jika kita mengira kalo GENGSI adalah bagian dari
harga diri, yang kadang sampai rela dikorbankan hanya demi sebuah GENGSI.
Menurut gua sendiri hal ini adalah suatu tindakan yang salah besar, kalo
dipikir-pikir justru GENGSI lah yang menjatuhkan harga diri kita.
Padahal nih, emang kalau kita penuhi rasa GENGSI yang ada
dalam diri kita, batin kita bakal puas?
Ya tentu aja enggak dong. Karena yang
namanya rasa kepuasan dari seorang manusia itu gaakan ada habisnya, bahkan
malah terus menerus bertambah seiring berjalannya waktu. Maka dari itu, GENGSI
jadi salah satu hal yang merugikan diri kita sendiri.
Dilihat dari sisi lainnya, GENGSI adalah salah satu sumber
dari segala masalah sosial, itu dikarenakan GENGSI menjadikan setiap
individunya terlihat saling ‘show off’
satu sama lain dan hal itu membuat kesenjangan sosial menjadi semakin renggang
layaknya hubungan dengan mantan... (Mantan pembantu maksudnya). Gua sendiri
berfikir kalau GENGSI itu sendiri memang membuat kesenjangan sosial di
masyarakat kita menjadi sangat jauh. Oleh karena itu dengan mengurangi GENGSI
dari dalam diri kita sendiri dapat mengurangi kesenjangan sosial yang ada di
negeri kita ini, terdengar lebay sih tapi salah satu solusinya bisa demikian.
Jika menyinggung hal yang sangat dekat dengan orang-orang di
zaman sekarang ini bisa terlihat dari beberapa kebiasaan dan keseharian yang
terbilang ‘Hitz’. Bisa diambil contohnya dari booming-nya Fidget Spinner selama beberapa bulan terakhir ini, dikarenakan
fungsinya yang disebut-sebut sebagai alat penghilang rasa bosan atau penghilang
stres. Mungkin secara fungsi alat ini mempunyai suatu hal yang positif dan
berguna untuk keseharian kita, namun berbalik negatif jika tidak sesuai dengan
fungsi penciptaan alat yang bentuknya mirip seperti gangsing itu.
GENGSI harus memiliki Fidget Spinner menyeruak dan cepat
tersebar bak penyakit cacar yang menyerang rakyat Spanyol di zaman dulu, semua
isi sosial media berisi tentang Fidget Spinner, berita tren di Line Today banyak
yang membicarakan Fidget Spinner, dan sampai yang paling tidak lazim adalah
orang-orang yang menebar GENGSI demi cap “yang penting gua punya Fidget
Spinner” daripada melihat seperlu apa harus memiliki barang mungil berputar
itu.
Tapi yang gua maksud disini, bukan hanya tentang Fidget
Spinner, penjelasan barusan mencakup semua hal yang berhubungan sama GENGSI,
entah itu harta ataupun status sosial yang menjadikan diri kita sendiri
memiliki rasa egoisme tinggi pemicu GENGSI. Fidget Spinner hanyalah sebagai
contoh yang sedang ‘Hitz’ saat ini dan semua orang tahu akan hal itu, karena
pada dasarnya Fidget Spinner ini memang bagian dari tren dunia sesaat.
Hal lain penimbul rasa GENGSI pun sama seperti itu, membuat
seolah-olah hidup kita lebih baik ketimbang orang lain yang padahal kita semua
tau kalau kita semua diciptakan dari unsur yang sama, dari tanah, dan akan kembali
lagi ke tanah untuk waktu yang tidak dipastikan kapan.
Mengatasi rasa egoisme tinggi pemicu GENGSI salah satunya
dalah dengan mengetahui apa prioritas utama kita sendiri. Prioritas ini
mencakup yang mana yang dibutuhkan dan yang mana yang hanya sebatas kemauan
semata, pusing? Minum kombantrin... Seperti siput yang ingin mencari rumah
baru, jika ia mencari sesuatu lain yang ia mau ketimbang prioritas kebutuhannya
yaitu mencari rumah baru, siput itu selayaknya akan merasakan sebuah kerugian,
walaupun puas secara keinginan, tapi hal tersebut tidak terpenuhi secara batin.
Sebuah pemikiran visioner atau pemikiran jangka panjang yang
gua jelaskan di awal tadi adalah bagian dari solusi ‘pelebur’ GENGSI yang ada
dalam diri kita. Memikirkan sebuah prospek kedepan jauh lebih baik ketimbang
memuaskan GENGSI, siapa yang tau kalau kita punya pemikiran yang visioner, kita
jadi punya kontribusi besar buat negara kita ini... (Jadi pemberantas generasi
alay misalnya), ketimbang punya rasa GENGSI yang malah ujung-ujungnya cuma jadi
selebgram penuh haters dan masuk
pemberitaan di Line Today, sangat disayangkan bukan? (Just saying)
Oleh karena itu, ubahlah cara berfikir kita mulai dari
sekarang dan tiadakanlah GENGSI dari diri kita masing-masing agar tercipta
sebuah generasi dengan individu yang penuh dengan pemikiran subjektif dan
objektif, bukan sebuah pemikiran yang sensitif.
“Yang tahu menahu soal diri kita adalah kita sendiri. Dan biarkanlah
Tuhan yang menilai, manusia mana yang baik dan manusia mana yang ingin dilihat
baik”