11:24 AM
Karena Karma Gak Seenak Kurma
11:24 AMDi dunia ini banyak sekali makna yang akan terus tercipta selama kita masih bisa merasakan indahnya kehidupan. Semua hal yang kita lakuka...
Bayangin
aja, betapa nikmatnya sepotong kurma yang kita makan saat berbuka puasa, padahal
selama 12 jam kita menahan hawa nafsu dari lapar dan hausnya dahaga, tapi kita
begitu bahagia menikmati sepotong kurma itu. Nah, nikmatnya sepotong kurma tadi
bisa didapetin karena kita melakukan hal baik sebelumnya, yaitu ibadah puasa
yang dianjurkan dalam agama Islam.
Tapi...
apa jadinya kalo kita ngelakuin hal buruk? Apakah mungkin kenikmatan lagi yang
bakal kita dapetin atau malah sebaliknya? Apa mungkin juga malah kita dapet doorprize?
Ya siapa yang tau (Dikira hadiah sabun cuci kali ah).
Coba
kita telaah sedikit... Ambil contoh yang gampang deh, misalkan begini, pernah
ngerasain gak sih orang di sekitar kita yang dulu waktu masih kecil sering kita
ejek karena fisiknya yang jelek ataupun badannya yang gemuk, tapi setelah masuk
SMA atau Kuliah malah berubah jadi cakep dan populer, bahkan sampai bisa jadi
idaman? Anehnya malah jadi kita yang merasa minder ngeliat fisiknya... Berbalik
bukan? Wajar sih kalo merasa aneh, karena kita gak sadar bahwa fisik itu masih
bisa di make over, diedit, diubah, diukir, dipahat, disusun, disemen atau
apalah itu namanya supaya bisa jadi lebih baik (Disolder bang).
Dengan
begitu kan fisiknya yang sekarang bisa nunjukin ke orang yang ngejeknya dulu
untuk bungkam, karena dia merasa kalo fisiknya yang saat ini jauh lebih baik,
dan mungkin bisa aja dia bakal bilang begini... “Sekarang gue udah ngerti make
up sama fashion, mau apa lo!? Hah!?” (O aza ya kan).
Berubah
seratus delapan puluh derajat dan berbalik sama apa yang kita liat dulu.
Inilah
yang disebut dengan KARMA, sebuah makna penjelas dari akibat melakukan hal
buruk yang berefek setelahnya dan biasanya berkepanjangan, bahkan hal ini
ngebuktiin bahwa yang kita dapet itu bukan sebuah kenikmatan (Lagi).
Padahal
nih, kata KARMA sama KURMA itu kan beda tipis loh, cuma beda 1 huruf aja. Tapi
1 huruf itu yang menjauhkan makna dari kedua kata tersebut. Beda tipis tapi
jauh maknanya... Kayak lagi PDKT, misalkan ada dua orang yang perasaanya saling
merasa nyaman satu sama lain. Tapi karena komitmen mereka yang beda tipis,
akhirnya hal itu yang ngebuat tujuan mereka juga jadi gak bisa disatuin. Yang
satu berharap jadi pasangan dan yang satu lagi cuma mau temenan, maka endingnya
mereka gak bisa jadian deh. Beda tipis komitmennya, tapi itu yang ngebuat
tujuan mereka jadi dijauhkan... (Sedih amat tong).
Maka
dari situlah akhirnya bisa tercipta yang namannya Friendzone.
(Sekedar
Intermezo sedikit tentang sejarah Friendzone)
(Penting
amat infonya lontong)
Jadi,
apasih KARMA itu?
Kalo
kita googling sendiri di Internet,
arti KARMA sebenernya diambil dari konsep agama Buddha. Secara singkatnya,
pengertian KARMA itu adalah sebuah bentuk hukuman yang bereinkarnasi dari
pendahulu. Artinya adalah, apa yang kita lakukan dahulu itu bakal berefek sama
apa yang bakal kita dapetin saat ini. Karena Buddha kental banget sama yang namanya reinkarnasi, maka dari itu KARMA
ini bisa tercipta.
Selain
itu KARMA juga erat sama yang namanya hukum sebab-akibat. Karena memang pada
dasarnya, semua yang kita lakukan di dunia ini penuh dengan sebab dan akibat.
Jadi, apa yang akan kita lakukan itu pasti ada sebabnya dan apa yang sudah kita
lakukan itu juga pasti ada akibatnya.
Kalo
kata Rovy sih (Kalo mau tau dia siapa cari ceritanya di Kaskus), “Who play
drama will get KARMA”, dan emang bener siapa yang main drama ya pasti bakal
dapet KARMA. Drama yang dimaksud disini adalah drama kehidupan dengan skenario
buruk yang tercipta karena kelakuan kita sebelumnya, dan pada akhirnya kita
sendiri yang akan mendapatkan balasan setimpal.
Dan
menurut gua, KARMA itu sendiri adalah sebuah bentuk hukuman semesta. Walau
biasanya dalam ketidaksadaran yang dirasakan oleh penderitanya (Pusing bro).
Maksudnya, kita seringnya tidak merasakan atau tidak sadar kalau sebenernya
suatu kejadian kurang menyenangkan yang sedang kita alami sekarang itu adalah
sebuah KARMA, dan biasanya telat untuk sadar akan hal tersebut. Maka dari itu,
mengetahui bahwa ada hukum dari sebab-akibat tadi sangatlah penting untuk bisa
terhindar dari KARMA.
Ada
juga beberapa pemahaman teori KARMA yang gua ketahui. Tapi prinsip gua, teori
KARMA itu cuma dibagi menjadi 2 yaitu, KARMA verbal dan non-verbal.
“Buset
sampe ada teorinya? Gak sekalian aja ada mata kuliahnya? Lebay amat sih lo
kulit nangka”
Mari
kita bahas satu-satu...
KARMA
Verbal, bisa dideskripsikan dari bagaimana cara komunikasi kita terhadap orang
lain. Maksudnya adalah komunikasi kita dalam bentuk sebuah ucapan ataupun
perkataan. Karena ucapan itu layaknya sebuah batu yang dilempar, gaakan bisa
balik lagi (Kecuali lagi tawuran). Maka dari itu biasanya bentuk KARMA Verbal
ini yang paling sering diterima. Biasanya terjadi secara gak instan tapi
efeknya itu bakal berkepanjangan.
Misalnya
begini, ada seorang anak manusia yang dari SMP sampai SMA setiap harinya selalu
di bully sama 1 sekelompok anak nakal.
Anak manusia ini di bully karena fisiknya yang jelek dan sering di hujat bahwa
masa depannya bakal suram sesuram mukannya. Sadis memang, tapi hal itu malah
membuat anak manusia tadi terus bangkit dan mencoba untuk bisa menganggap bahwa“bully” hanyalah sebagai batu loncatan
untuk bisa sukses di masa depan. Usaha dia saat masuk kuliah terus berkembang
dan pada akhirnya dia bisa meraih sarjana dengan nilai paling baik. Hal itu
akhirnya bisa terbukti, kalau kerja kerasnya tidak mengkhianati hasil, karena anak
manusia itu tadi sudah berusaha sekeras mungkin dan ia pun berhasil menjadi CEO dari sebuah perusahaan besar. Alangkah
berbaliknya dengan sekelompok anak nakal pembully
tadi, mereka harus menerima kenyataan karena mereka harus menjadi seorang Office Boy di perusahaan yang anak
manusia itu pimpin. Maka ucapan mereka tentang masa depan suram terhadap anak
manusia itu tadi layaknya boomerang
yang datang kembali kepada si pelontar, ucapan mereka berbalik mengarah ke diri
sendiri...
Jelas
bisa terlihat kalau KARMA verbal itu benar adanya.
Jadi,
hikmah yang bisa diambil adalah jangan jadi
pembully kalo gak mau dapet KARMA (Tau aja ih plastik India).
(Sekedar
cerita singkat tentang seorang anak manusia)
Namun,
lain hal lagi dengan KARMA non-Verbal, KARMA ini adalah implementasi dari
kelakuan kita sendiri tapi dalam bentuk fisik. Biasanya terjadi secara instan,
dan gak perlu di seduh lagi pakai air hangat... (Apasih garing lo jambu air). Contohnya
begini, pernah ngerasain kan waktu masih SD main pukul-pukulan sama teman
sepermainan yang kalo dipukul sekali langsung ngebales pukulannya bahkan
biasanya ngasih pukulannya lebih dari apa yang kita kasih? Nah, bentuk
simpelnya kayak gitu, dan KARMA Non-Verbal bisa juga disebut dengan Instant Karma.
Ada
pengalaman unik juga yang sempet terjadi dan gua alamin sendiri. Sampai-sampai
gua pun berfikir kalo KARMA itu memang sebuah proses yang tidak ‘mengenakan’
dari kehidupan ini (Backsound naruto).
Kejadian
ini terjadi saat gua masih duduk di bangku SMP, dimana di zaman ini siswa yang
bergelantungan di angkot bisa dibilang punya kemampuan yang keren dan luar
biasa. Bahkan bisa dapet kekasih dari bergelantungan tadi, karena saat itu hal
ini bisa dibilang momen yang paling pas buat melakukan caper tingkat dewa (Oke
skip).
Jadi,
sewaktu SMP gua pernah terkena sakit mata menular pada bagian kiri yang memerah
selama satu minggu. Karena dulu tipikal gua adalah seorang anak yang masih taat
peraturan yang bersangkut paut sama absen, ya jadilah gua memaksakan diri untuk
tetap masuk sekolah saat itu. Otomatis, mata sebelah kiri gua ditutup supaya
penyakit mata merah ini gak menular ke teman yang lain dan ketebak lah jadinya
kayak apa gua waktu itu... Alih-alih mau jadi Jack Sparrow, gua malah lebih
mirip kayak Pak Haji Bolot punya mata sharingan.
Saat
itu, semua orang jadi jaga jarak sama gua karena penyakit ni... (Kasian amat
nasib lu tong). Nah, ada satu anak lumba-lumba cowo kampret yang selalu deketin
gua, bukan buat nemenin gua yang sedang berpenyakit tapi malah ngeledekin
abis-abisan karena dia gak takut akan penyakit menular mata merah ini. Dia
bilang gini, “Buka aja mata lo, sini tularin ke gua, lebay amat sih pake
ditutup segala, gabakal nular juga, lo doang yang emang lemah penyakitan”, anak
ini emang salah satu anak kampret yang ada di kelas, sifat dia yang kampret dan
aneh itu emang udah terlihat dari awal masuk sekolah, dia suka ngejilatin
jendela sewaktu jam istirahat.
Alhasil,
setelah dia ngomong begitu, langsung aja gua buka penutup mata yang gua pakai dan...
CRING! Dia kaget, dan ternyata dia salah liat yang dia liat itu gigi gua.
“Goblok lo, mata gua disini kampret!”, akhirnya dia ngeliat mata gua, dan gak beberapa
lama kira-kira sekitar 10 menit, dia pergi begitu aja... Memang aneh anak
lumba-lumba itu.
Keesokan
harinya si anak lumba-lumba tadi gak masuk sekolah karena alasannya sakit,
sampai kira-kira satu minggu dia absen untuk mengikuti semua kegiatan di
sekolah. Satu minggu kemudian, dia masuk sekolah, dan pasti udah ketebak kenapa
dia gak masuk sekolah selama satu minggu kebelakang... Penyakit mana merah
menular yang gua derita udah terkena mata si anak lumba-lumba itu, dan lebih
parah karena penyakit itu menyerang kedua matanya. Bahkan, si anak lumba-lumba
itu meminta maaf ke gua dan meminta doa supaya cepat diberikan kesembuhan. Dan
gua cuma bilang begini, “Gimana hayo rasanya ditonjok ultraman Zimbabwe?”
(Berakhirlah
cerita si lumba-lumba kampret)
Dari
situ gua langsung tersadar kalo selama ini gua pernah punya temen lumba-lumba
yang kena KARMA.
“Terus
apasih solusinya supaya kita gak kena penyakit mata merah menular, eh KARMA maksudnya”
Emang
bener kata Nicola Tesla kalo “Every
problem must need solution”, bahkan masalah kecil pun pasti butuh yang namanya
solusi. Dan menurut gua KARMA ini sebenarnya adalah masalah kecil yang bisa
kita “Cegah” terlebih dahulu daripada “Mengobatinya” kemudian. Memang terlihat
seperti slogan iklan obat mencret kalimatnya, tapi itu benar demikian.
Selama kita masih tertawa diatas penderitaan orang lain, orang lain bakal terus tertawa diatas penderitaan kita. Kenapa? Ya karena memang begitu caranya KARMA bekerja.
Jadi solusinya,
cobalah untuk memikirkan sesuatu tindakan dengan lebih kritis dan berfikir
kedepannya nanti akan jadi seperti apa jika kita lakukan tindakan tersebut. KARMA sejatinya
datang dari diri kita sendiri, dan biasanya terjadi karena diawali pikiran
sempit yang merugikan orang lain ataupun hal yang ada di sekitarnya. Bertindaklah selayaknya
orang baik yang jujur dalam menjalani setiap aktifitas yang dilakukan.
Kalau
kita sendiri merasa angkuh, cobalah untuk menyederhanakan diri dengan segenap
kerendahan hati yang selayaknya kita tumbuhkan dalam diri. Dan salah satu
caranya adalah dengan membuat jadwal untuk kegiatan ME TIME, karena hal ini bisa dibilang suatu tindakan baik dalam
menghadapi atau mencegah KARMA, soalnya selama melakukan ini biasanya banyak merenung dan meratapi apa yang telah ataupun mau kita lakukan. Tapi, jangan keseringan untuk ME TME ya, karena kalau berlebihan itu
tidak baik dan bisa aja kita di anggap sebagai orang yang anti-sosial.
Walau
jujur, gua pun masih belum bisa melakukan hal-hal barusan dengan maksimal, tapi apa
salahnya membagikan hal positif yang gua punya guna menjadi manusia yang lebih
baik kedepannya.
Yup once again I said, “KARMA it’s
real dude !”
“Karena
kebaikan itu datangnya dari diri kita sendiri, bukan datang ke kita dengan
sendiri”