Karena Karma Gak Seenak Kurma

Di dunia ini banyak sekali makna yang akan terus tercipta selama kita masih bisa merasakan indahnya kehidupan. Semua hal yang kita lakuka...

Di dunia ini banyak sekali makna yang akan terus tercipta selama kita masih bisa merasakan indahnya kehidupan. Semua hal yang kita lakukan pasti mengandung arti yang begitu mendalam.

Bayangin aja, betapa nikmatnya sepotong kurma yang kita makan saat berbuka puasa, padahal selama 12 jam kita menahan hawa nafsu dari lapar dan hausnya dahaga, tapi kita begitu bahagia menikmati sepotong kurma itu. Nah, nikmatnya sepotong kurma tadi bisa didapetin karena kita melakukan hal baik sebelumnya, yaitu ibadah puasa yang dianjurkan dalam agama Islam.  

Tapi... apa jadinya kalo kita ngelakuin hal buruk? Apakah mungkin kenikmatan lagi yang bakal kita dapetin atau malah sebaliknya? Apa mungkin juga malah kita dapet doorprize? Ya siapa yang tau (Dikira hadiah sabun cuci kali ah).

Coba kita telaah sedikit... Ambil contoh yang gampang deh, misalkan begini, pernah ngerasain gak sih orang di sekitar kita yang dulu waktu masih kecil sering kita ejek karena fisiknya yang jelek ataupun badannya yang gemuk, tapi setelah masuk SMA atau Kuliah malah berubah jadi cakep dan populer, bahkan sampai bisa jadi idaman? Anehnya malah jadi kita yang merasa minder ngeliat fisiknya... Berbalik bukan? Wajar sih kalo merasa aneh, karena kita gak sadar bahwa fisik itu masih bisa di make over, diedit, diubah, diukir, dipahat, disusun, disemen atau apalah itu namanya supaya bisa jadi lebih baik (Disolder bang).

Dengan begitu kan fisiknya yang sekarang bisa nunjukin ke orang yang ngejeknya dulu untuk bungkam, karena dia merasa kalo fisiknya yang saat ini jauh lebih baik, dan mungkin bisa aja dia bakal bilang begini... “Sekarang gue udah ngerti make up sama fashion, mau apa lo!? Hah!?” (O aza ya kan).

Berubah seratus delapan puluh derajat dan berbalik sama apa yang kita liat dulu.
Inilah yang disebut dengan KARMA, sebuah makna penjelas dari akibat melakukan hal buruk yang berefek setelahnya dan biasanya berkepanjangan, bahkan hal ini ngebuktiin bahwa yang kita dapet itu bukan sebuah kenikmatan (Lagi).

Padahal nih, kata KARMA sama KURMA itu kan beda tipis loh, cuma beda 1 huruf aja. Tapi 1 huruf itu yang menjauhkan makna dari kedua kata tersebut. Beda tipis tapi jauh maknanya... Kayak lagi PDKT, misalkan ada dua orang yang perasaanya saling merasa nyaman satu sama lain. Tapi karena komitmen mereka yang beda tipis, akhirnya hal itu yang ngebuat tujuan mereka juga jadi gak bisa disatuin. Yang satu berharap jadi pasangan dan yang satu lagi cuma mau temenan, maka endingnya mereka gak bisa jadian deh. Beda tipis komitmennya, tapi itu yang ngebuat tujuan mereka jadi dijauhkan... (Sedih amat tong).

Maka dari situlah akhirnya bisa tercipta yang namannya Friendzone.

(Sekedar Intermezo sedikit tentang sejarah Friendzone)

(Penting amat infonya lontong)

Jadi, apasih KARMA itu?

Kalo kita googling sendiri di Internet, arti KARMA sebenernya diambil dari konsep agama Buddha. Secara singkatnya, pengertian KARMA itu adalah sebuah bentuk hukuman yang bereinkarnasi dari pendahulu. Artinya adalah, apa yang kita lakukan dahulu itu bakal berefek sama apa yang bakal kita dapetin saat ini. Karena Buddha kental banget sama yang namanya reinkarnasi, maka dari itu KARMA ini bisa tercipta.

Selain itu KARMA juga erat sama yang namanya hukum sebab-akibat. Karena memang pada dasarnya, semua yang kita lakukan di dunia ini penuh dengan sebab dan akibat. Jadi, apa yang akan kita lakukan itu pasti ada sebabnya dan apa yang sudah kita lakukan itu juga pasti ada akibatnya.

Kalo kata Rovy sih (Kalo mau tau dia siapa cari ceritanya di Kaskus), “Who play drama will get KARMA”, dan emang bener siapa yang main drama ya pasti bakal dapet KARMA. Drama yang dimaksud disini adalah drama kehidupan dengan skenario buruk yang tercipta karena kelakuan kita sebelumnya, dan pada akhirnya kita sendiri yang akan mendapatkan balasan setimpal.

Dan menurut gua, KARMA itu sendiri adalah sebuah bentuk hukuman semesta. Walau biasanya dalam ketidaksadaran yang dirasakan oleh penderitanya (Pusing bro). Maksudnya, kita seringnya tidak merasakan atau tidak sadar kalau sebenernya suatu kejadian kurang menyenangkan yang sedang kita alami sekarang itu adalah sebuah KARMA, dan biasanya telat untuk sadar akan hal tersebut. Maka dari itu, mengetahui bahwa ada hukum dari sebab-akibat tadi sangatlah penting untuk bisa terhindar dari KARMA.

Ada juga beberapa pemahaman teori KARMA yang gua ketahui. Tapi prinsip gua, teori KARMA itu cuma dibagi menjadi 2 yaitu, KARMA verbal dan non-verbal.

“Buset sampe ada teorinya? Gak sekalian aja ada mata kuliahnya? Lebay amat sih lo kulit nangka”

Mari kita bahas satu-satu...

KARMA Verbal, bisa dideskripsikan dari bagaimana cara komunikasi kita terhadap orang lain. Maksudnya adalah komunikasi kita dalam bentuk sebuah ucapan ataupun perkataan. Karena ucapan itu layaknya sebuah batu yang dilempar, gaakan bisa balik lagi (Kecuali lagi tawuran). Maka dari itu biasanya bentuk KARMA Verbal ini yang paling sering diterima. Biasanya terjadi secara gak instan tapi efeknya itu bakal berkepanjangan.

Misalnya begini, ada seorang anak manusia yang dari SMP sampai SMA setiap harinya selalu di bully sama 1 sekelompok anak nakal. Anak manusia ini di bully karena fisiknya yang jelek dan sering di hujat bahwa masa depannya bakal suram sesuram mukannya. Sadis memang, tapi hal itu malah membuat anak manusia tadi terus bangkit dan mencoba untuk bisa menganggap bahwa“bully” hanyalah sebagai batu loncatan untuk bisa sukses di masa depan. Usaha dia saat masuk kuliah terus berkembang dan pada akhirnya dia bisa meraih sarjana dengan nilai paling baik. Hal itu akhirnya bisa terbukti, kalau kerja kerasnya tidak mengkhianati hasil, karena anak manusia itu tadi sudah berusaha sekeras mungkin dan ia pun berhasil menjadi CEO dari sebuah perusahaan besar. Alangkah berbaliknya dengan sekelompok anak nakal pembully tadi, mereka harus menerima kenyataan karena mereka harus menjadi seorang Office Boy di perusahaan yang anak manusia itu pimpin. Maka ucapan mereka tentang masa depan suram terhadap anak manusia itu tadi layaknya boomerang yang datang kembali kepada si pelontar, ucapan mereka berbalik mengarah ke diri sendiri...

Jelas bisa terlihat kalau KARMA verbal itu benar adanya.

Jadi, hikmah yang bisa diambil adalah jangan jadi pembully kalo gak mau dapet KARMA (Tau aja ih plastik India).

(Sekedar cerita singkat tentang seorang anak manusia)

Namun, lain hal lagi dengan KARMA non-Verbal, KARMA ini adalah implementasi dari kelakuan kita sendiri tapi dalam bentuk fisik. Biasanya terjadi secara instan, dan gak perlu di seduh lagi pakai air hangat... (Apasih garing lo jambu air). Contohnya begini, pernah ngerasain kan waktu masih SD main pukul-pukulan sama teman sepermainan yang kalo dipukul sekali langsung ngebales pukulannya bahkan biasanya ngasih pukulannya lebih dari apa yang kita kasih? Nah, bentuk simpelnya kayak gitu, dan KARMA Non-Verbal bisa juga disebut dengan Instant Karma.

Ada pengalaman unik juga yang sempet terjadi dan gua alamin sendiri. Sampai-sampai gua pun berfikir kalo KARMA itu memang sebuah proses yang tidak ‘mengenakan’ dari kehidupan ini (Backsound naruto).

Kejadian ini terjadi saat gua masih duduk di bangku SMP, dimana di zaman ini siswa yang bergelantungan di angkot bisa dibilang punya kemampuan yang keren dan luar biasa. Bahkan bisa dapet kekasih dari bergelantungan tadi, karena saat itu hal ini bisa dibilang momen yang paling pas buat melakukan caper tingkat dewa (Oke skip).

Jadi, sewaktu SMP gua pernah terkena sakit mata menular pada bagian kiri yang memerah selama satu minggu. Karena dulu tipikal gua adalah seorang anak yang masih taat peraturan yang bersangkut paut sama absen, ya jadilah gua memaksakan diri untuk tetap masuk sekolah saat itu. Otomatis, mata sebelah kiri gua ditutup supaya penyakit mata merah ini gak menular ke teman yang lain dan ketebak lah jadinya kayak apa gua waktu itu... Alih-alih mau jadi Jack Sparrow, gua malah lebih mirip kayak Pak Haji Bolot punya mata sharingan.

Saat itu, semua orang jadi jaga jarak sama gua karena penyakit ni... (Kasian amat nasib lu tong). Nah, ada satu anak lumba-lumba cowo kampret yang selalu deketin gua, bukan buat nemenin gua yang sedang berpenyakit tapi malah ngeledekin abis-abisan karena dia gak takut akan penyakit menular mata merah ini. Dia bilang gini, “Buka aja mata lo, sini tularin ke gua, lebay amat sih pake ditutup segala, gabakal nular juga, lo doang yang emang lemah penyakitan”, anak ini emang salah satu anak kampret yang ada di kelas, sifat dia yang kampret dan aneh itu emang udah terlihat dari awal masuk sekolah, dia suka ngejilatin jendela sewaktu jam istirahat.

Alhasil, setelah dia ngomong begitu, langsung aja gua buka penutup mata yang gua pakai dan... CRING! Dia kaget, dan ternyata dia salah liat yang dia liat itu gigi gua. “Goblok lo, mata gua disini kampret!”, akhirnya dia ngeliat mata gua, dan gak beberapa lama kira-kira sekitar 10 menit, dia pergi begitu aja... Memang aneh anak lumba-lumba itu.

Keesokan harinya si anak lumba-lumba tadi gak masuk sekolah karena alasannya sakit, sampai kira-kira satu minggu dia absen untuk mengikuti semua kegiatan di sekolah. Satu minggu kemudian, dia masuk sekolah, dan pasti udah ketebak kenapa dia gak masuk sekolah selama satu minggu kebelakang... Penyakit mana merah menular yang gua derita udah terkena mata si anak lumba-lumba itu, dan lebih parah karena penyakit itu menyerang kedua matanya. Bahkan, si anak lumba-lumba itu meminta maaf ke gua dan meminta doa supaya cepat diberikan kesembuhan. Dan gua cuma bilang begini, “Gimana hayo rasanya ditonjok ultraman Zimbabwe?”

(Berakhirlah cerita si lumba-lumba kampret)

Dari situ gua langsung tersadar kalo selama ini gua pernah punya temen lumba-lumba yang kena KARMA.

“Terus apasih solusinya supaya kita gak kena penyakit mata merah menular, eh KARMA maksudnya”

Emang bener kata Nicola Tesla kalo “Every problem must need solution”, bahkan masalah kecil pun pasti butuh yang namanya solusi. Dan menurut gua KARMA ini sebenarnya adalah masalah kecil yang bisa kita “Cegah” terlebih dahulu daripada “Mengobatinya” kemudian. Memang terlihat seperti slogan iklan obat mencret kalimatnya, tapi itu benar demikian. 

Selama kita masih tertawa diatas penderitaan orang lain, orang lain bakal terus tertawa diatas penderitaan kita. Kenapa? Ya karena memang begitu caranya KARMA bekerja.

Jadi solusinya, cobalah untuk memikirkan sesuatu tindakan dengan lebih kritis dan berfikir kedepannya nanti akan jadi seperti apa jika kita lakukan tindakan tersebut. KARMA sejatinya datang dari diri kita sendiri, dan biasanya terjadi karena diawali pikiran sempit yang merugikan orang lain ataupun hal yang ada di sekitarnya. Bertindaklah selayaknya orang baik yang jujur dalam menjalani setiap aktifitas yang dilakukan.

Kalau kita sendiri merasa angkuh, cobalah untuk menyederhanakan diri dengan segenap kerendahan hati yang selayaknya kita tumbuhkan dalam diri. Dan salah satu caranya adalah dengan membuat jadwal untuk kegiatan ME TIME, karena hal ini bisa dibilang suatu tindakan baik dalam menghadapi atau mencegah KARMA, soalnya selama melakukan ini biasanya banyak merenung dan meratapi apa yang telah ataupun mau kita lakukan. Tapi, jangan keseringan untuk ME TME ya, karena kalau berlebihan itu tidak baik dan bisa aja kita di anggap sebagai orang yang anti-sosial.

Walau jujur, gua pun masih belum bisa melakukan hal-hal barusan dengan maksimal, tapi apa salahnya membagikan hal positif yang gua punya guna menjadi manusia yang lebih baik kedepannya.

Yup once again I said, “KARMA it’s real dude !”




“Karena kebaikan itu datangnya dari diri kita sendiri, bukan datang ke kita dengan sendiri”

You Might Also Like

0 komentar

Flickr Images